Mendikdasmen Larang Game Roblox Dimainkan Murid, Ternyata Ini Dampaknya Bagi Psikis

Roblox, siapa sih yang nggak kenal? Platform game online ini udah jadi bagian dari masa kecil, bahkan remaja, banyak anak di seluruh dunia. Dengan jutaan game yang bisa dimainkan dan fitur interaksi sosial yang kuat, nggak heran kalo Roblox jadi primadona. Tapi, belakangan ini ada berita yang bikin heboh: Mendikdasmen larang game Roblox kepada murid-murid. Lho, kok bisa? Ternyata, di balik keseruannya, ada beberapa dampak psikis yang dikhawatirkan banget oleh para ahli.

Alasan Mendikdasmen Larang Game Roblox Untuk Murid

Sebelum kita masuk ke inti permasalahannya, mari kita pahami dulu kenapa Roblox bisa begitu meledak. Roblox itu bukan cuma satu game, tapi platform yang memungkinkan pengguna membuat dan memainkan game mereka sendiri. Konsepnya mirip-mirip YouTube, tapi isinya game. Ada yang bikin game petualangan, simulasi, balapan, sampai role-playing game (RPG) yang seru banget. Fleksibilitas ini bikin Roblox punya variasi konten yang nggak ada habisnya, dan yang paling penting, bisa menarik minat anak-anak dengan berbagai selera.

Selain itu, fitur sosialnya juga kuat banget. Anak-anak bisa bikin avatar sendiri, ngobrol dengan teman-teman di dalam game, dan bahkan membangun dunia virtual bersama. Ini menciptakan rasa komunitas yang kuat dan membuat mereka merasa terhubung. Bagi anak-anak, ini bukan cuma main game, tapi juga tempat bersosialisasi dan berekspresi. Inilah yang bikin orang tua seringkali nggak terlalu khawatir, karena kelihatan positif, kan? Tapi, ternyata ada sisi lain yang nggak bisa diabaikan.

Baca Juga:
Dedi Mulyadi Ingin Hapus PR Bagi Pelajar: Gebrakan Baru Dunia Pendidikan?

Waspada! Dampak Negatif yang Ngincer Psikologis Anak

Larangan dari Mendikdasmen ini pastinya bukan tanpa alasan. Para ahli dan psikolog anak udah lama menyoroti beberapa dampak negatif yang mungkin timbul akibat terlalu sering bermain Roblox. Salah satu yang paling utama adalah risiko kecanduan game. Desain game di Roblox memang dibuat untuk bikin pemainnya betah berlama-lama. Ada sistem reward, level-up, dan tantangan yang terus-menerus muncul. Ini bisa memicu pelepasan dopamin di otak, hormon yang bikin kita merasa senang, dan akhirnya membuat anak jadi susah berhenti main.

Dampak lainnya yang juga nggak kalah serius adalah paparan konten yang tidak pantas. Meskipun Roblox punya fitur moderasi, nggak semua game atau interaksi di dalamnya aman. Banyak sekali kasus di mana anak-anak terpapar bahasa yang kasar, perundungan siber (cyberbullying), atau bahkan konten yang secara implisit mengarah pada hal-hal dewasa. Tanpa pengawasan ketat dari orang tua, anak bisa jadi korban atau bahkan pelaku dari hal-hal negatif ini.

Dari Masalah Keuangan sampai Gangguan Sosial

Selain masalah kecanduan dan konten, ada juga dampak lain yang perlu banget jadi perhatian. Masalah keuangan adalah salah satunya. Roblox punya mata uang virtual sendiri, namanya Robux, yang bisa dibeli dengan uang sungguhan. Banyak anak-anak yang terdorong untuk membeli Robux demi mendapatkan item-item eksklusif di dalam game. Ini bisa jadi beban finansial buat orang tua, apalagi kalau anak nggak bisa mengendalikan keinginannya. Belum lagi adanya risiko penipuan (scam) yang marak di platform ini, di mana anak-anak bisa kehilangan Robux atau bahkan data pribadinya.

Secara sosial, terlalu banyak menghabiskan waktu di dunia virtual juga bisa mengganggu kemampuan bersosialisasi di dunia nyata. Anak-anak mungkin jadi lebih suka berinteraksi dengan teman-teman online daripada bermain di luar, yang padahal penting banget buat perkembangan motorik dan sosialnya. Mereka bisa jadi kesulitan membaca ekspresi wajah, memahami nada bicara, atau berempati dengan orang lain. Alhasil, interaksi sosial di dunia nyata jadi terasa canggung dan sulit.

Peran Penting Orang Tua: Pengawasan Bukan Pelarangan Total

Meskipun Mendikdasmen melarang, bukan berarti orang tua harus langsung membuang konsol game anak dan melarang total. Larangan ini justru harus jadi alarm buat kita sebagai orang tua. Penting banget untuk menjadi lebih proaktif dalam mengawasi apa yang anak kita lakukan di dunia maya.

Beberapa hal yang bisa dilakukan:

  • Batasi waktu bermain. Tentukan jadwal yang jelas kapan anak boleh bermain dan kapan harus berhenti.
  • Ajak ngobrol. Tanyakan apa saja yang mereka mainkan, dengan siapa mereka berinteraksi, dan bagaimana pengalaman mereka.
  • Aktifkan fitur parental control. Manfaatkan fitur yang sudah disediakan Roblox untuk membatasi jenis game yang bisa diakses dan komunikasi yang terjadi.
  • Edukasi anak. Ajarkan mereka tentang etika di dunia maya, bahaya perundungan siber, dan cara melindungi diri dari konten negatif.

Jadi, larangan dari Mendikdasmen ini bukan sekadar melarang, tapi lebih ke mengingatkan kita semua bahwa dunia maya, seasyik apa pun, punya sisi gelap yang harus diwaspadai. Tujuannya bukan untuk membuat anak-anak jadi anti-teknologi, tapi untuk memastikan mereka tumbuh dengan mental yang sehat dan siap menghadapi tantangan di dunia nyata maupun virtual.