Korban ART Dianiaya Majikan Di Batam Sebut Tak Pernah Dapat Gaji Dalam Setahun

infomap24 – Kekerasan terhadap Asisten Rumah Tangga (ART) kembali jadi sorotan setelah kasus memilukan terungkap di Batam, Kepulauan Riau. Seorang Korban ART Dianiaya Majikan mengaku selama bekerja selama satu tahun penuh. Lebih miris lagi, W menyebut dirinya tak pernah menerima gaji sepeser pun selama masa kerja tersebut.

Kasus ini langsung menarik perhatian publik dan media sosial. Banyak warganet menyuarakan kemarahan dan kekecewaan terhadap tindakan tidak manusiawi yang di lakukan majikan terhadap ART tersebut. Ini bukan pertama kalinya kasus serupa terjadi, dan lagi-lagi menyoroti lemahnya perlindungan hukum untuk para pekerja rumah tangga di Indonesia.

Kronologi Penyiksaan Korban ART Dianiaya Majikan

Menurut pengakuan W kepada pihak kepolisian, kekerasan tidak hanya terjadi sekali atau dua kali. Selama satu tahun bekerja, ia mengaku kerap di pukul, di caci maki, bahkan pernah di siram air panas oleh sang majikan. Luka-luka yang masih terlihat di tubuhnya menjadi bukti nyata bahwa W telah menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, meskipun ia bukan anggota keluarga majikannya.

Ironisnya, W tetap bertahan bekerja karena takut dan tidak punya pilihan lain. Ia mengaku sempat mencoba kabur, namun selalu gagal karena di kunci di dalam rumah dan di awasi ketat. Selama bekerja, ia juga tidak di perbolehkan menghubungi keluarga atau menggunakan ponsel.

Tak Digaji Selama Setahun, ART Mengaku Tertekan dan Trauma

Dalam pernyataannya, W mengatakan bahwa selama satu tahun bekerja, ia sama sekali tidak menerima upah. Padahal, saat awal di rekrut, majikannya menjanjikan gaji sebesar Rp2 juta per bulan. Jika di hitung, W seharusnya menerima sekitar Rp24 juta dalam satu tahun. Namun kenyataannya, jangankan menerima uang, ia justru mendapat perlakuan yang sangat tidak manusiawi.

W mengaku merasa sangat tertekan, depresi, dan sekarang mengalami trauma berat akibat semua perlakuan yang ia alami. “Saya tidak pernah di bayar, dan setiap hari saya merasa seperti budak. Saya hanya bisa menangis setiap malam,” ujar W dengan suara lirih.

Majikan Diamankan, Polisi Mulai Selidiki Kasus

Pihak kepolisian Batam telah mengamankan majikan yang di duga melakukan kekerasan tersebut. Menurut keterangan dari Kapolresta Barelang, kasus ini sudah naik ke tahap penyidikan, dan pelaku bisa di jerat dengan pasal kekerasan dalam rumah tangga serta pelanggaran hak tenaga kerja.

Polisi juga tengah menggali informasi tambahan dari tetangga dan saksi lain di sekitar tempat tinggal pelaku. Tidak menutup kemungkinan, kasus ini bisa mengungkap pola rekrutmen atau eksploitasi ART yang lebih luas lagi.

Warganet dan Aktivis Serukan Keadilan

Setelah kasus ini viral di media sosial, banyak aktivis dan netizen menyerukan keadilan untuk W. Mereka menuntut agar pelaku di hukum seberat-beratnya, serta meminta pemerintah segera mengesahkan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga yang sudah lama mandek.

Banyak juga yang menyayangkan betapa lemahnya perlindungan hukum bagi para ART di Indonesia. Padahal, pekerjaan rumah tangga adalah salah satu pekerjaan paling rentan terhadap eksploitasi, kekerasan, dan pelanggaran hak dasar manusia.

Potret Kelam Dunia Kerja Rumah Tangga di Indonesia

Kisah W hanyalah satu dari sekian banyak kasus kekerasan terhadap ART yang selama ini tidak terdengar. Banyak ART, terutama dari daerah terpencil atau latar belakang ekonomi lemah, kerap menjadi korban karena ketidaktahuan mereka terhadap hak-hak sebagai pekerja. Mereka mudah di eksploitasi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Kurangnya pengawasan dari pemerintah serta belum adanya payung hukum yang kuat membuat para ART seperti W seringkali berada dalam posisi yang sangat rentan. Mereka tidak punya akses bantuan hukum, tidak tahu harus melapor ke mana, dan seringkali justru di salahkan atau di tuduh memfitnah majikannya.

Harapan untuk Masa Depan yang Lebih Baik

Kasus ini seharusnya menjadi peringatan keras bagi semua pihak: pemerintah, aparat hukum, dan masyarakat umum. Sudah saatnya negara hadir untuk melindungi mereka yang bekerja di sektor domestik. Para ART juga manusia, yang punya hak untuk hidup dengan layak, bebas dari kekerasan, dan mendapatkan upah atas jerih payah mereka.

Selama sistem belum berubah, cerita seperti W mungkin akan terus berulang. Dan setiap kali itu terjadi, kepercayaan terhadap keadilan dan rasa kemanusiaan kita ikut terkikis sedikit demi sedikit.